Menu

Wednesday, February 16, 2011

Seribu Kelereng


Beberapa minggu yang lalu, saya menyeret kaki saya ke basement dengan secangkir kopi panas di satu tangan, dan surat kabar baru di tangan yang lain. Apa yang tadinya hanya merupakan hari Sabtu pagi biasa ternyata berubah menjadi sebuah pelajaran yang luar biasa penting bagi saya.


Selanjutnya saya memutar-mutar frekuensi radio dengan tujuan untuk mendengarkan sebuah acara hiburan Sabtu pagi yang menyenangkan. Akhirnya saya mendengar sebuah suara tua yang penuh wibawa berbicara melalui telepon. Orang yang sudah berumur tersebut sedang menyampaikan sebuah teori kepada penyiar yang menemaninya berbicara ~sebuah teori tentang seribu kelereng.


Entah kenapa, saya memilih untuk mendengarkannya. Orangtua itu berkata, “Baiklah, Tom (si penyiar radio). Tampaknya Anda sibuk dengan pekerjaan yang Anda miliki. Saya yakin pekerjaan itu memberikan bayaran yang layak untuk Anda, tapi patut disayangkan betapa pekerjaan itu telah membuat Anda harus berada jauh dari keluarga. Sayang sekali Anda tidak bisa menyaksikan pertunjukan tari putri Anda di sekolah.” Ada jeda sejenak. Jelas sekali Tom tidak bisa membantah pernyataan tersebut. “Tom, izinkan saya menyampaikan sesuatu kepada Anda... sesuatu yang sudah membantu saya menjaga sebuah perspektif terhadap prioritas-prioritas yang saya miliki. Saya menyebutnya dengan teori seribu kelereng.


“Begini, suatu saat saya duduk dan melakukan sedikit perkalian matematika. Sebagaimana yang kita ketahui, usia rata-rata manusia adalah tujuhpuluh lima tahun. Kemudian saya mengalikan 75 dengan 52 dan hasilnya adalah 3900, yang merupakan jumlah dari hari Sabtu yang ada di sepanjang rata-rata usia manusia. Sekarang, dengarkan saya Tom. Saya akan menyampaikan bagian yang terpenting.


“Ketika saya memikirkan hal ini secara detail, saya sudah menginjak usia limapuluh lima tahun... artinya, saya sudah menjalani sekitar 2800 hari Sabtu. Saya jadi berpikir, jika memang saya berkesempatan untuk hidup selama tujuhpuluh lima tahun, maka hanya ada sekitar seribu hari Sabtu lagi yang bisa saya nikmati. Jadi, saya mendatangi toko mainan dan membeli semua kelereng yang mereka punya. Bahkan, saya harus mengunjungi tiga buah toko untuk bisa membulatkan jumlah seribu kelereng. Saya membawa seribu butir kelereng itu pulang ke rumah dan memasukkannya ke dalam sebuah wadah plastik yang cukup besar. Sejak saat itu, setiap hari Sabtu, saya mengambil satu kelereng dan membuangnya. Ketika menyaksikan berkurangnya kelereng-kelereng tersebut, saya menyadari bahwa saya cenderung memfokuskan perhatian saya pada hal yang benar-benar penting dalam hidup saya. Tak ada hal terbaik yang bisa membantu Anda meluruskan prioritas-prioritas Anda selain menjadi saksi dari berkurangnya waktu Anda di muka bumi ini.


“Sekarang, izinkan saya menyampaikan satu hal lagi sebelum saya menutup telepon dan mengajak istri saya sarapan. Pagi ini, saya baru saja mengambil satu kelereng terakhir dari wadah plastik yang saya sebutkan tadi. Saya berpikir, jika saya masih bisa menikmati hari Sabtu depan, itu artinya saya mendapatkan sedikit waktu ekstra. Dan, sedikit waktu ekstra adalah sebuah kesempatan yang kita semua bisa manfaatkan. Senang sekali bisa berkenalan dengan Anda, Tom. Saya harap Anda bisa memiliki lebih banyak waktu bersama keluarga Anda.”


Kemudian, ia menutup telepon. Hening sekali suasana di sekitar saya waktu itu. Saya kira orang tersebut baru saja memberikan banyak sekali bahan yang bisa kita pikirkan. Tadinya, saya berencana untuk memperbaiki antena, kemudian merapikan e-mail dari kantor... tapi saya memilih untuk merubah rencana saya. Sebaliknya, saya menaiki tangga menuju kamar tidur dan membangunkan istri saya yang cantik dengan sebuah kecupan hangat.

“Bangun, sayang. Aku akan membuat sarapan untukmu dan anak-anak.”

“Ada apa sih?” bidadari itu bertanya dengan senyum tersungging di sudut bibirnya.

“Tidak. Tidak ada yang istimewa. Hanya saja sudah lama sekali kita tidak menikmati hari Sabtu bersama anak-anak.”


Hening sejenak.

By the way, bisakah kita mampir di toko mainan saat kita keluar nanti? Aku perlu membeli beberapa butir kelereng.”

____________
Diambil dan diterjemahkan dari Dr. Tim Elmore, Nurturing The Leader Within Your Child, Thomas Nelson Publishers, 2001. 

(Edisi Bahasa Indonesia: Elmore, Bagaimana Mengasah & Mengukuhkan Jiwa Kepemimpinan dalam Diri Anak-anak Anda, Garailmu, Jogjakarta, Maret 2010)

lihat juga:

No comments:

Post a Comment

Bantu saya memperbaiki blog ini
dengan menuliskan komentar: