Menu

Tuesday, June 23, 2015

TERONG GOSONG NUSANTARA (Disalin dari Fanpage Terong Gosong di Facebook)





TERONG GOSONG NUSANTARA

Islam Nusantara itu fakta yang hidup. Dihidupi oleh kaum muslimin di Nusantara sejak lebih dari lima ratus tahun yang lalu hingga kini dan telah sekian lama menjadi wajah peradaban masyarakat yang tinggal di kawasan ini. Sebagai istilah, “Islam Nusantara” hanya menamai sesuatu yang sudah ada. Mengapa perlu ada istilah ini? Karena panggilan sejarah.

Sunday, November 30, 2014

Sufi Senior vs Sufi Junior

"Apa sifat etika keutamaan," tanya Ibrahim Balkan (seorang sufi junior) kepada Ibrahim bin Adham (seorang sufi senior).

Dan jawaban yang ia dapat adalah, "Wa idza ruziqtu syakartu; wa idza muni'tu shabartu (Dan jikalau daku mendapatkan rizqi, maka daku akan berterimakasih; dan bilamana daku mendapati halangan hambatan, daku akan bersabar)."

Sang sufi junior merasa tidak puas. Karena jawaban itu masih berkenaan dengan etika kewajiban. Ia pun lalu menimpali, "Kalau begitu, apa bedanya saya dengan anjing di kampung saya di Balkan? Anjing di Balkan melakukan hal yang sedemikian jua."

Sang sufi senior tesentak. Kemudian balik bertanya, "Lantas, menurut tuan muda, apa etika keutamaan itu?"

Ibrahim Balkan menjawab, "Wa idza ruziqtu atsartu wa idza muni'tu syakartu (Dan apabila daku mendapatkan rizqi, maka daku akan tergugah; dan jika daku mendapati halangan hambatan, daku akan bersyukur)."

Ibrhaim bin Adham membatin, "Baru kali ini aku dikalahkan oleh seorang anak muda."

Friday, November 21, 2014

Cerita Konfusius dan Yan Hui, Muridnya


Yan Hui adalah murid kesayangan Konfusius yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumuni banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat. Pembeli berteriak : “3 × 8 = 23, kenapa kamu bilang 24?”

Wednesday, November 19, 2014

Rezeki dan Ikhtiar

Orang bijak mengajarkan, “Di saat kau bertanya-tanya dalam ketaktahuan akan di mana keberadaan rezekimu, ketahuilah bahwa rezekimu tahu pasti di mana kau berada. Dari langit, laut, gunung ataupun lembah, Rabb memerintahkannya menujumu. Allah telah berjanji menjamin rezekimu. Maka, melalaikan ketaatan pada-Nya demi mengkhawatirkan apa yang sudah dijamin-Nya adalah kekeliruan berganda. Tugas kita bukan mengkhawatirkan rezeki, atau bermuluk cita memilikinya. Tugas kita adalah menyiapkan jawaban ‘dari mana’ dan ‘untuk apa’ bagi setiap karunia.”