Menu

Thursday, January 26, 2012

Jam'iyyah Dibaiyah Gus Rifqi Ali Krapyak Jogjakarta (Part II)

Gus Rifqi Ali memimpin pujian mahallul qiyam di Sleman

Diriwayatkan bahwa pada awal-awal kenabian Rasulullah SAW, ada seorang penyair Quraisy bernama Kaab bin Zuhayr (penulisan nama ini murni hanya bersandar pada pendengaran saya--red) yang sangat membenci Rasulullah SAW hingga ia menuliskan banyak sekali syair yang menghujat Baginda Rasulullah SAW. Pada masa itu, syair dianggap lebih tajam dari pedang--artinya, jika seseorang sudah menghujat orang lain melalui syair, maka orang tersebut siap mati demi hujatannya.


Singkat kata, terjadilah peristiwa Fathul Makkah.

Penaklukan Makkah oleh Rasulullah SAW terang saja membuat Kaab bin Zuhayr panik bukan kepalang. Sebab, ia menduga Nabi Muhammad SAW akan mencari dan menghukumnya akibat syair-syair hujatan yang sudah ia susun. Atas dasar ketakutannya tersebut ia pun lantas melarikan diri dari Makkah.

Hidayah Allah SWT adalah sebagian dari RahasiaNya. Siapa yang Ia kehendaki untuk mendapat hidayahNya, tidak ada satu pun yang bisa menyesatkannya.

Ternyata, di dalam pelariannya, Kaab bin Zuhayr mendapatkan pencerahan, di mana ia mengakui kebenaran Nabi Muhammad SAW dan mengagumi beliau SAW. Ia pun kemudian menyusun qasidah (kumpulan syair yang melebihi jumlah delapan baris) yang memuji dan mengagungkan Rasulullah SAW--meskipun pada saat itu ia disebutkan belum melafalkan dua kalimat syahadat.

Tak dinyana, qasidah pujian tersebut pun hinggap di telinga Rasulullah SAW dan beliau menyukainya. Saking sukanya, Rasulullah SAW memerintahkan agar para shahabat memanggil Kaab bin Zuhayr untuk hadir di Madinah. Rasulullah SAW bahkan berniat memberikan hadiah burdah (selimut lorek khas Yaman) kepadanya. Pada masa itu, hadiah burdah bisa dianggap sebagai hadiah yang istimewa, secara Rasulullah pernah 'menantang' para shahabat untuk shalat sekhusyu' mungkin dengan menyediakan hadiah burdah--meskipun kemudian tidak satu pun shahabat yang memenangkannya, termasuk Ali RA yang terkenal dengan kekhusyu'annya.

Kaab bin Zuhayr pun mendengar kabar tentang undangan Rasulullah SAW tersebut. Namun, masih karena ketakutannya akan syair-syair hujatannya dahulu, ia tidak berani menunjukkan batang hidungnya di hadapan Rasulullah SAW. Barulah setelah dipaksa oleh seorang temannya, ia pun bersedia hadir di Madinah.

Akhirnya, pelajaran bagi kita, jika pujian dari seseorang yang belum bersyahadat saja disukai Baginda Rasulullah SAW, lantas salahkah kita memuji dan menyanjung beliau atas dasar cinta?

Allahumma shalli 'alaa Sayyidina Muhammad....

WaLlahu a'lam bisshawab....

[Disarikan dari ceramah KH M Habib A Syakur, Pengasuh PP Al-Imdad Bantul, dalam acara Jam'iyyah Dibaiyah Bilmusthofa Gus Rifqi Ali Krapyak Jogjakarta, pada Rabu malam tanggal 25 Januari 2012]




1 comment:

  1. berikut adalah link dari Kyai M Habib A Syakur tentang syair pujian Ka'b ibn Zuhair kpd Rasulullah saw di http://www.adab.com/modules.php?name=Sh3er&doWhat=shqas&qid=10880

    ReplyDelete

Bantu saya memperbaiki blog ini
dengan menuliskan komentar: