Di balik kesuksesan seorang lelaki,
ada perempuan hebat. Ungkapan ini tentu sudah sangat akrab di telinga
kita. Kenyataan memang membenarkan hal tersebut. Sejarah mencatat bahwa
Rasulullah SAW mengajarkan seorang anak harus berbakti kepada ibunya tiga kali
lipat dibanding terhadap ayah.
Niat tulus berbakti kepada ibu
inilah yang diyakini Gus Mus telah mendorong KH Rifqi Ali Maksum, atau yang
biasa disapa Gus Kelik, bersama Jamaah Dibaan Bil Mustofa asuhannya menyelenggarakan
acara Majelis Dzikir, Sholawat dan Birrul Walidain Haul Ibu Nyai Hj. Hasyimah
Munawwir, Jumat 29 Agustus 2014 malam di Lapangan Utara Komplek Pondok
Pesantren Krapyak Yogyakarta.
Hadir sebagai penyampai mauidzoh
hasanah dalam acara tersebut, Rais Am KH A Mustofa Bisri menegaskan dukungannya
atas haul bagi para nyai. Menurutnya, selama ini hampir semua pesantren kita
hanya melaksanakan haul bagi para kiai, namun jarang sekali melaksanakan haul
bagi para nyai. Padahal, peran ibu-ibu nyai dalam perjuangan para kiai sangat
besar.
Rais Am lantas mengajak ribuan
hadirin yang memadati majlis dzikir dan sholawat tersebut untuk merenungkan
peran para nyai yang berjuang di sisi para ulama nusantara dalam menyebarkan
dan mengibarkan syiar Islam di tanah air. Bahkan, Gus Mus juga mengutip betapa
besar jasa Sayyidatina Khadijah saat menerima permintaan dari Rasulullah SAW
agar beliau diselimuti selepas menerima wahyu pertama. Kemampuan Khadijah
menenangkan kecemasan Rasulullah SAW yang baru saja bertemu Malaikat Jibril
adalah contoh pentingnya peranan perempuan.
“Dan malam ini kita diberikan
contoh yang baik oleh Gus Kelik yang merayakan Haul Ibu Nyai Hasyimah Ali
Maksum. Semoga ini bisa diikuti dan akan hadir nanti di berbagai tempat haul
Nyai Hasyim Asy’ari, Nyai Wahab Hasbullah, Nyai Bisri Syansuri dan seterusnya,”
ajaknya.
Rais Am juga menyampaikan
kecemasan bahwa kurangnya penghormatan kita terhadap peran perempuan bisa jadi
menyumbang saham dalam keadaan terkini negara kita saat ini. Menurutnya kondisi
perempuan-perempuan sekarang ini cenderung berakhir sebagai komoditi. Betapa
tidak? Kenyataan mnunjukkan bahwa perempuan-perempuan disuruh menjadi penjual
sabun dengan cara mandi di depan orang banyak sambil cengengesan untuk kemudian
ditayangkan di tivi, menjadi penjual odol dan sikat gigi, menjadi penjual
sepeda motor dengan rok yang sangat mini hingga menggiring anak-anak muda kita untuk
tergiur membeli sepeda motor hanya karena ingin punya pacar seperti perempuan yang
ditayangkan di tivi itu.
Sehingga, menurut Rais Am, ada
baiknya jika haul para nyai juga diadakan agar para santri mampu belajar
menghormati perempuan. Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf yang juga hadir memimpin
ribuan jamaah Syechermania melantunkan puji-pujian sholawat juga menyampaikan
hal yang senada. Habib Syech menyatakan semoga dengan meneladani para ibu nyai
melalui majlis-majlis haul, insya Allah santri-santri perempuan bisa menjaga
kehormatan dirinya, serta menolak dan tidak tergiur untuk dijadikan sekadar
sebagai komoditi.
Tepat sebelum tengah malam, acara
Majelis Dzikir, Sholawat dan Birrul Walidain Haul Ibu Nyai Hj. Hasyimah
Munawwir itu pun lantas dipungkasi dengan mahallul qiyam—segmen khusus
untuk melantunkan sholawat sambil berdiri yang mencerminkan harapan besar akan
kesediaan Rasulullah SAW untuk hadir menyaksikan pujian bagi beliau—dan lagu
Indonesia Raya.
No comments:
Post a Comment
Bantu saya memperbaiki blog ini
dengan menuliskan komentar: