Mutiara-mutiara Hikmah Mauidhoh As Syaikh Dr. Muhammad Syarif As Showwaf
posted by rikhsan nurhadian suhandi | Jum'at 2012-05-25
AD-DAHRU FI HIMAMY!
Uraian Hikmah Syaikh Syarif As-Showwaf di Serambi
Masjid Al-Munawwir Krapyak
Ka Az-Zahri fi Tarofin wa Al-Badri fi Syarofin # wa Al-Bahri fi Karomin wa Ad-Dahri fi Himami
Rasulullah saw., bagaikan mawar dalam keindahannya, bagaikan purnama
dalam hal keutamaannya, bagaikan Samudera dalam hal kemuliaannya dan
bagaikan Masa dalam hal semangatnya.
SEMANGAT bak MASA
“Wa Ad-Dahri fi Himami”, semangat yang laksana masa, menurut
beliau, adalah semangat yang tak sekedar kuat tetapi juga konsisten,
sehingga bisa meruntuhkan tembok penghalang setebal apapun, bi idznillah. Karena hanya ada satu hal yang bisa mengalahkan hal-hal yang lainnya, yaitu Masa atau Waktu.
Pada suatu masa di Damaskus, beliau berkisah, ada seorang pegulat yang
amat sakti alias jadug, ia mampu mengangkat seekor sapi sambil menaiki
tangga, mampu merobohkan dinding dengan sekali pukul. Namun, di masa
tuanya, untuk mengambil gelas di meja pun ia kepayahan, badannya sudah
mulai renta dengan punggung yang lemah. Kemudian ada seorang murid yang
berkunjung kepadanya dan bertanya;
“Wahai Guru, apa yang menyebabkan engkau jadi begini?”
“Masa. Itulah yang membuatku begini..” jawab pria renta itu.
Begitulah kekuatan Masa, mengalahkan seorang pegulat yang kuat perkasa,
usia menggerogoti keperkasaannya. Maka Al-Bushiri memetaforkan semangat
Rasulullah yang pantang menyerah bagai Masa.
Ketika Rasulullah dan para sahabat menggali parit saat Perang Khandaq,
ada sebongkah batu besar yang sulit dihancurkan dan beberapa sahabat
hampir putus asa, lalu Rasulullah maju dengan palu besar, bertakbir “Allaahu Akbar!” sambil memukulkan palunya, maka terpecahlah batu itu, lalu bertakbir lagi “Allaahu Akbar!” dan berujar; “Futihat Faaris!”, lalu bertakbir lagi “Allaahu Akbar!” lantas berujar; “Futihat Syaam!”
Maka sejarah pun membuktikan, bahwa negeri-negeri yang disebutkan oleh
nabi, yakni Parsi dan Syam benar-benar takluk di bawah kekhalifahan
Islam di kemudian hari. Padahal saat itu, untuk menghadapi kaum kuffar
di negeri sendiri pun sudah kepayahan, dan pasukan muslimin tidak
memiliki kekuatan lahiriah yang memadai kecuali Himmah, cita-cita,
semangat.
Itulah salah satu contoh semangat pantang menyerah Rasulullah yang
bagaikan Masa. Dan sifat ini diwarisi oleh sahabat-sahabat beliau serta
para penerus beliau dari kalangan salafusshalih.
Pernah Rasulullah berujar bahwa cambuk Abu Thalhah mampu mengalahkan
seribu orang musuh, menggambarkan betapa kuat semangat yang dimiliki Abu
Thalhah. Contoh lain adalah Abu Dzar Al-Ghifari, ia datang kepada
Rasulullah seorang diri, menyatakan persaksiannya; Laa Ilaaha Illallaah Muhammadun Rasuulullah,
kemudian pulang ke kampung halamannya, lantas kembali ke Madinah
menghadap Rasulullah sambil diikuti semua orang dari suku Ghifar untuk
menyatakan keislaman mereka. Itulah semangat para sahabat.
Kita semua tahu, bahwa usia Imam An-Nawawi hanya sekitar 40 tahun, tapi
kitab karangan beliau berjumlah 400 kitab dan semuanya merupakan
kitab-kitab berbobot. Jika dihitung-hitung, seseorang yang ingin
mempelajari semua kitab beliau hampir harus menghabiskan seluruh
umurnya. Itulah contoh semangat salafusshalih.
Bagi mereka, tidak ada hal yang mustahil. Bahkan dalam ilmu ‘Aqidah
pun, hanya satu hal saja yang mustahil, yakni adanya hal yang menyerupai
Allah atau sekutu bagi-Nya, hal inilah yang menjadi pokok dari hal-hal
mustahil yang lain berupa sifat-sifat kekurangan bagi Allah. Selain dari
itu adalah wajib dan mumkin atau jaiz.
Otak Pemalas
Mustahil hanya ada pada otak pemalas. Orang yang malas hanya memikirkan
ketidakmungkinan saja. Sehingga menjadikannya orang yang tidak mau
berusaha.
“Di negeri kami, ada dua jenis beras, yang panjang dan yang pendek..”
ujar Syaikh Muhammad As-Showwaf berkisah. Ada seorang pemuda yang
memiliki penyakit malas teramat akut. Suatu saat, di negeri itu, sang
raja memberlakukan hukuman bunuh bagi orang yang malas, karena dia tidak
ingin ada pemalas hidup di negeri itu. Maka tertangkaplah pemuda
pemalas tadi, sebelum dieksekusi dia diberi sebuah tawaran oleh raja.
“Kau mau selamat?” Tanya raja.
“Ya. Tentu saja.” Jawab pemalas.
“Kalau kau ingin selamat, melangkahlah sepuluh langkah ke depan.” Perintah raja.
“Ah, itu terlalu jauh..” sahut pemalas.
“Kalau begitu, lima langkah saja.” Tawar raja.
“Itu juga terlalu jauh..” kata pemalas.
“Ya sudah! Melangkahlah sepanjang ukuran beras saja!” titah raja, geram.
“Beras yang panjang ataukah yang pendek?” sahut si pemalas, masih menunjukkan kemalasannya.
Nah, begitulah keadaan pemalas, dia bahkan enggan menyelamatkan dirinya
dari kehancuran. Tidak hanya kehancuran duniawi, tapi juga kerugian
akhirat. Yakni enggan beribadah, enggan bertobat, enggan berubah, enggan
bergerak.
Maka dari itu, kita berlindung kepada Allah Ta’ala dari penyakit malas.
Allahumma inni a’uudzu bi-Ka mina al-‘Ajzi wa al-Kasali
Dikisahkan pula, ada seorang syaikh yang amat gigih berdakwah, ia memiliki himmah yang kuat dan luhur, hingga suatu saat salah seorang muridnya bertanya;
“Ya Syaikh, bagaimana engkau bisa memiliki semangat yang begitu besar?” tanyanya.
“Karena aku memiliki guru dalam hal semangat.” Jawab sang guru.
“Siapa beliau wahai Syaikh?” Tanya si murid, penasaran.
“Seekor tikus!” sahut sang guru.
“Loh, bagaimana bisa seekor tikus menjadi gurumu wahai Syaikh??” si murid makin penasaran.
“Satu hari, saat aku hendak shalat shubuh di Masjid, aku melihat seekor
tikus yang merangkak naik menyusuri kayu-kayu, untuk meminum minyak zait
yang menjadi bahan bakar lampu di langit-langit. Tapi belum sempat
sampai ke tempat lentera, dia jatuh dan menumbuk tanah. Dia naik lagi.
Jatuh lagi. Begitu terus, kuhitung sampai dua puluh kali dia jatuh.
Namun pada akhirnya dia berhasil mencapai lentera yang ditujunya itu dan
meminum beberapa tetes zait yang ada di dalamnya.” Terang sang syaikh.
Itulah nilai dan hasil dari semangat yang tak kenal menyerah. Alangkah
ruginya jika manusia yang dianugerahi potensi serta tugas yang berat
tidak bisa lebih bersemangat daripada seekor tikus.
Setelah memaparkan berbagai macam contoh Himmah yang luhur,
semangat yang kuat, dari Rasulullah, para sahabat, salafus shalih, dan
bahkan dari seekor tikus, Syaikh As-Showwaf menyerukan kepada para
santri;
“Qul; Ad-Dahru fii Himamy! Katakanlah; Masa bagaikan
Semangatku! Karena semangat semacam inilah yang tidak dimiliki oleh
mayoritas umat Islam masa sekarang ini.”
“Qul! Ad-Dahru fi Himamy!”
Antum Bid’ah!
Setelah mau’idzah yang mencerahkan, dibukalah sesi tanya jawab, Nampak
beberapa hadirin yang antusias bertanya. Namun, karena waktu yang makin
larut, akhirnya hanya dipersilakan satu penanya;
“Kita tadi sama-sama menyenandungkan bait-bait madah dari
Burdah, namun ada pihak yang menghujat hal seperti ini sebagai bid’ah.
Bagaimana pandangan Syaikh mengenai hal ini? Itu pertanyaan pertama.
Kedua, kami melihat dari berita bahwa di negeri Syaikh, Syiria, kini
sedang terjadi gejolak reformasi, perang saudara di sana-sini.
Sebenarnya apakah yang terjadi, dan bagaimana kami muslimin di Indonesia
menyikapinya?”
Syaikh Muhammad Syarif As-Showwaf menjawab;
“Kalau bicara bid’ah, lha Anda semua kan bid’ah, karena Anda belum ada
di jaman Rasulullah.” Kelakar Syaikh mengawali jawabannya, disambut tawa
renyah hadirin.
Beliau menjelaskan, pujian-pujian kepada Rasulullah bukanlah bid’ah,
bukanlah sesuatu yang mengada-ada dan tidak ada dalilnya. Para sahabat
di masa Rasulullah pun tidak sedikit yang menyusun bait madah dan
menyampaikannya di hadapan Rasulullah, seperti Hassan bin Tsabit atau
Abdullah Ibnu ‘Abbas. Bahkan terkadang Rasulullah sendiri memanggil
Hassan bin Tsabit untuk bersyair. Pernah suatu kali Hassan sampai
membacakan 80 bait syair di hadapan Nabi Muhammad saw.
Salah satu syairnya;
Semangat Rasulullah begitu besar, sedikit semangatnya tidak terbandingkan dengan semangat seluruh manusia dari jaman Nabi Adam
Telapak tangan Rasulullah adalah teramat dermawan, andaikan
sepersepuluh telapak tangan beliau diletakkan di atas daratan maka
daratan itu ‘kan lebih basah dari lautan
Wa Akmalu minka lam taro qotthu ‘ayni # Wa Ajmalu minka lam talidin Nisa-u
(Yang lebih bagus darimu tak pernah terlihat oleh mataku # dan yang lebih indah darimu tak pernah terlahirkan oleh wanita manapun)
Chuliqta mubarro-an min kulli ‘aybin # Ka annaka qod chuliqta kamaa tasyaa-u
(Engkau diciptakan dalam keadaan bersih dari segala aib, seolah-olah engkau tercipta atas kehendakmu sendiri)
Maka mantaplah terhadap tradisi dan keyakinan ini, karena kita memilik
landasan yang kuat, serta berpeganglah kepada ulama dengan teguh.
Berjalanlah lurus, tak usah tengak-tengok, karena yang tengak-tengok
tidak akan sampai. Begitu pesan beliau.
Adapun tentang gejolak yang terjadi di Syiria dan beberapa negeri Arab lain,
beliau memperingatkan bahwa semua itu merupakan provokasi dari Israel
dan Amerika terhadap sebagian warga terutama para pemuda dengan
iming-iming Hurriyyah atau kebebasan. Dan setelah bergulirnya
kericuhan ini, yang untung dan tersenyum adalah mereka, Israel dan
Amerika. Apa yang dijanjikan berupa hurriyah tidak juga didapatkan, karena tetap saja tercengkeram oleh kontrol Barat dalam segala bidang. Seperti yang terjadi di Irak.
Adapun berita-berita yang ditayangkan di beberapa media elektronik,
baik itu berupa tayangan langsung, liputan, maupun dokumentasi, lebih
banyak yang bersifat provokatif dan berlebih-lebihan, bahkan adanya tahrif atau
penyimpangan informasi, sebagaimana banyak digambarkan di dalam
film-film produksi Barat, seperti dari Hollywood, yang secara langsung
bisa membentuk cara pandang dan pola pikir kaum muslimin tentang keadaan
di Timur Tengah.
Syaikh mengingatkan, bahwa potensi yang dimiliki umat Islam di
Indonesia sangatlah besar, dilihat dari sisi kuantitas ada lebih dari
200 juta muslimin di sini, bahkan di Timur Tengah tidak ada jumlah
muslimin sebanyak itu. Maka tinggal kualitasnya yang harus digali, serta
harus kuat ikatan persatuannya.
Yakin Ijabah
Akhirnya, acara malam itu pun sampai di ujungnya, ditutup dengan doa
yang dipimpin oleh Syaikh Muhammad Syarif As-Shawwaf. Sebelum
memanjatkan doa, beliau memberi syarat;
“Saya mau memimpin doa, asal Anda semua yakin doa ini dikabulkan oleh Allah.”
“Na’am, insyaa-Llaah!” sahut hadirin serempak.
Semoga pertemuan ini memberikan atsar di dalam hati serta benar-benar menjadi inspirasi untuk menyalakan kembali kobaran semangat bagi keseharian para santri. Aamiin.
oleh : Zia Ul haq
Sumber: al-Munawwir.com
No comments:
Post a Comment
Bantu saya memperbaiki blog ini
dengan menuliskan komentar: