"Apa sifat etika keutamaan," tanya Ibrahim Balkan (seorang sufi junior) kepada Ibrahim bin Adham (seorang sufi senior).
Dan jawaban yang ia dapat adalah, "Wa idza ruziqtu syakartu; wa idza muni'tu shabartu (Dan jikalau daku mendapatkan rizqi, maka daku akan berterimakasih; dan bilamana daku mendapati halangan hambatan, daku akan bersabar)."
Sang sufi junior merasa tidak puas. Karena jawaban itu masih berkenaan dengan etika kewajiban. Ia pun lalu menimpali, "Kalau begitu, apa bedanya saya dengan anjing di kampung saya di Balkan? Anjing di Balkan melakukan hal yang sedemikian jua."
Sang sufi senior tesentak. Kemudian balik bertanya, "Lantas, menurut tuan muda, apa etika keutamaan itu?"
Ibrahim Balkan menjawab, "Wa idza ruziqtu atsartu wa idza muni'tu syakartu (Dan apabila daku mendapatkan rizqi, maka daku akan tergugah; dan jika daku mendapati halangan hambatan, daku akan bersyukur)."
Ibrhaim bin Adham membatin, "Baru kali ini aku dikalahkan oleh seorang anak muda."