Menu

Saturday, June 28, 2014

Menjelang "Perang"

"Apakah kemudian jika pilihanmu tak sesuai dengan harapanmu, kau tetap akan menolak yang bukan pilihanmu itu?" tanya bapak-bapak yang sudah cukup berumur itu.

"Ya, aku tentu akan terus mempertahankan pilihanku! Aku sudah membayangkan semua azab yang akan menimpaku jika harus menyerah memperjuangkan pilihanku! Bahkan, jika perlu, aku akan mempelajari segala hal yang akan membahayakanku jika yang bukan pilihanku mengalahkan pilihanku. Bukankah semua agama dan seluruh arif bestari mengajarkan kita untuk tidak mudah putus asa?" sahut anak muda itu berapi-api.


"Jadi, kau akan menolak yang bukan pilihanmu?"

"Bagaimana bisa aku bertahan pada pijakan kakiku jika aku menerima sesuatu yang bukan pilihanku?" balik tanya si anak muda.

"Hmmm... baiklah. Aku mengerti gejolakmu, Anak Muda. Bahkan aku bisa melihat diriku beberapa tahun lalu di dalam kobar semangatmu. Aku kagum pada keteguhan hatimu," pak tua tenang.

"Pak Tua, jujur saja... menerima sesuatu yang bukan pilihan kita bagaikan menggenggam bara di saat terik matahari mencekik kerongkongan... bagaikan bertelanjang di saat badai salju menerjang....Mustahil bagiku menerima yang bukan pilihanku!"

"Ah, Anak Muda... kecintaanmu terhadap sesuatu, hendaknya tidak membutakan hatimu untuk mengenali apa yang menurutmu kau benci," ujar pak tua lirih.

Anak muda itu kokoh pada pendiriannya, "Aku akan berjuang hingga ke titik akhir dan tidak ada satu pun yang akan menghentikanku!"

"Ah, Anak Muda, lupakah kau bahwa Tuhan telah mengajarkan kita bahwa boleh jadi kita membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kita, dan boleh jadi pula kita menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kita.... Barangkali inilah masa berpisah antara kau dan aku, Anak Muda. Kabarkan padaku keadaanmu saat nanti pilihanmu atau bukan pilihanmu yang diizinkan-Nya untuk terjadi..." pungkas pak tua sembari berlalu meninggalkan anak muda dengan segudang tanya.

No comments:

Post a Comment

Bantu saya memperbaiki blog ini
dengan menuliskan komentar: