Menu

Thursday, April 26, 2012

Tawassuth, Tawadzun dan I’tidal

sumber: PWNU DIY 2012
Pada bulan Ramadhan 1431 H atau 2009 M, KH Ahmad Ishomuddin, yang kini menjadi Rois Syuriah PBNU termuda, diminta oleh sebuah surat kabar di Lampung untuk mengisi sebuah kolom di surat kabar tersebut terkait dengan masalah-masalah fiqih Ramadhan.

Suatu hari, ada seorang tamu yang datang ke rumah beliau dan “iseng” menanyakan perihal penggunaan sirene sebagai alat bantu yang menandakan tibanya waktu imsak yang memang banyak dipergunakan di daerah Sumatera. 

Lantas, Ishomuddin pun menjawab pertanyaan tersebut melalui kolom di surat kabar yang ia ampu. Di dalam tulisan di kolom tersebut, ia menyimpulkan—dengan dalil dan hujjah yang bisa dipertanggungjawabkan—bahwa hukum membunyikan sirene sebagai pertanda waktu imsak adalah mubah atau boleh.

Ternyata, tidak semua orang mampu dan bersedia menerima jawaban tersebut. Nyatanya, pada hari di mana surat kabar menerbitkan tulisan tersebut, Ishomuddin menerima sebuah pesan singkat atau SMS di ponselnya yang berisikan sebuah peringatan: “Sebagai seorang kyai, Anda jangan menebarkan dan mengajarkan bid’ah. Karena, jika menggunakan sirene sebagai tanda imsak merupakan perbuatan baik, niscaya yang pertama kali menggunakan sirene sebagai tanda imsak adalah Rasulullah SAW, dan beliaulah yang pertama kali memerintahkannya kepada para sahabat. (Sekadar memberi peringatan!!!)”

Menerima SMS sedemikian, Ishomuddin pun berpikir untuk memberikan jawaban SMS yang simbang, tidak kurang dan tidak lebih—sesuai prinsip tawassuth, tawadzun dan i’tidal khas NU. Dan pada akhirnya, jawaban yang ia berikan berbunyi berikut: “Jika mengirimkan peringatan melalui SMS merupakan sebuah perbuatan baik, niscaya Rasulullah SAW adalah orang pertama yang mengirimkan peringatan melalui SMS kepada para sahabat. (Sekadar memberikan jawaban!!!)”

:)

Disarikan dari Sambutan KH Ahmad Ishomuddin dalam acara “Silaturrahim PBNU dengan Keluarga Besar NU DIY” di Gedung Bapendan Wonokromo Bantul pada tanggal 15 April 2012.

Thursday, April 19, 2012

Catatan Santri Mbeling

berpoligami itu sunnah Nabi kan? sudahkah Anda?
qiyam lail tiap malam sampai kaki bengkak itu juga sunnah Nabi kan? lantas, sudahkah Anda?

kalau memang belum, mengapa lantas Anda sewot pada saya hanya karena saya gak berjenggot, hanya karena saya risih saat kelingking Anda menyentuh kelingking saya? hanya karena saya belum mampu meneladani Rasulullah SAW?

nalar saya kok jadi bengkok saat mencoba memahami sunnah yang Anda ajarkan?

Friday, April 13, 2012

TAFSIR BEBAS TERHADAP WEJANGAN KH MASRUR AHMAD MZ (PENGASUH PP AL-QODIR WUKIRSARI CANGKRINGAN SLEMAN) TENTANG TERAPI PECANDU NARKOBA DI PONDOK PESANTREN AL-QODIR WUKIRSARI CANGKRINGAN SLEMAN

sumber: google.com

TAFSIR BEBAS TERHADAP WEJANGAN KH MASRUR AHMAD MZ (PENGASUH PP AL-QODIR TANJUNG WUKIRSARI CANGKRINGAN SLEMAN) TENTANG TERAPI PECANDU NARKOBA DI PONDOK PESANTREN AL-QODIR WUKIRSARI CANGKRINGAN SLEMAN


Muhammad Yusuf Anas
[Ditulis sebagai laporan untuk LKNU dalam rangka menemani kunjungan Pak Atthobari, Mbak Fitri Nur Aina dan Mbak Dyah Putri M dari PABM (Pemulihan Adiksi Berbasis Masyarakat) “FAJAR HARAPAN” LKNU DIY dan beberapa penasun di PP Al-Qodir Cangkringan Sleman pada tanggal 8 April 2012, pukul 15.00-16.30 WIB]